SEMARANG - Apa prestasi Ganjar Pranowo? Ini seringkali sulit dijawab. Bicara prestasi, Ganjar memang ketinggalan dari sejumlah kepala daerah yang namanya muncul dalam kontestasi pilpres 2024.
Khofifah Indarparawansa, Gubernur Jawa Timur misalnya, punya karya "Indonesia Islamic Science Park" di Madura dengan luas tanah 101 hektar yang disiapkan. Ini terobosan saintific yang mendorong masyarakat Jawa Timur untuk tumbuh secara keilmuan dan keislaman. Apalagi, di Jawa Timur ada ITS (Institut Teknologi Surabaya).
Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, punya program "Petani Milenial 4.0". Program ini bertujuan untuk membuka 5000 lapangan kerja bagi kaum muda Milenial dengan 2000 M2 tanah yang disiapkan untuk digarap dan permodalan dari Bank Jabar. Program ini sekaligus memfungsikan lahan luas di Jawa Barat sebagai upaya untuk ketahanan pangan.
Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta sekaligus ketua APPSI (Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia) memiliki banyak sekali prestasi. Mulai dari (JIS) Jakarta International Stadum, Formula E, Jaklingko, DP 0% hingga yang berkaitan dengan karya infrastruktur maupun suprastruktur lainnya.
Baca juga:
Pesantren Dan Matinya Gerakan Sosial
|
Sementara Ganjar, yang diingat di kepala rakyat adalah kasus E-KTP, Wadas dan kemiskinan di Jawa Tengah.
Jawa Tengah dinobatkan sebagai wilayah termiskin di pulau Jawa. Rata-rata pendapatan masyarakat Jateng 423.264/kapita/bulan.
Di bawah Ganjar, wilayah kemiskinan di Jateng naik, dari 5 daerah miskin ekstrem menjadi 19 daerah miskin ekstrem. Ada 11, 35 persen atau 3, 93 juta masyarakat Jateng yang berada di bawah garis kemiskinan. Dan per Pebruari 2022, angka pengangguran di Jateng naik 6, 26 persen. Saat ini Jateng masuk peringkat ke-6 (bontot) dari 6 wilayah Provinsi di Pulau Jawa.
Bulan ini, dalam sehari ada tiga orang gantung diri di Sragen Jawa Tengah karena terlilit ekonomi. Beberapa bulan lalu, ada seorang ibu di Brebes Jawa Tengah berupaya bunuh tiga anaknya karena alasan kemiskinan.
Baca juga:
Panca Tak Bhakti Kabupaten Blitar
|
Puan Maharani, salah satu ketua DPP PDIP, satu partai dengan Ganjar, mengingatkan Ganjar untuk lebih fokus mengurus warganya. Termasuk masyarakat Wonogiri Jawa Tengah yang sering kekurangan air bersih. "Urusi rakyat Jawa Tengah, jangan sibuk pencitraan", begitu nasehat Puan Maharani.
Wajar, Puan Maharani adalah salah satu ketua bidang Politik dan Keamanan DPP PDIP. Merasa malu dan beban jika Gubernur yang diusung PDIP gagal memberikan pelayanan kepada warganya. Yang terdampak bukan hanya Gubernur, tapi juga partai pengusung yaitu PDIP. Jika aturan membolehkan partai mengganti Gubernur, mungkin PDIP akan ganti Ganjar dengan kader lain. Ini jika kita lihat seringnya teguran DPP PDIP terhadap Ganjar. Ada kesan Ganjar dianggap tidak loyal kepada partai dan gagal memimpin Jateng.
Semua dinamika negatif yang terjadi di Jateng berpotensi menjadi ganjalan buat Ganjar yang punya keinginan nyapres 2024. Bahkan Yuwono, seorang tokoh muda Golkar bilang: "Di Jateng kemiskinan tinggi kok mau nyapres". Kira-kira kader Golkar itu ingin mengatakan, tahu diri lah...
Sekali lagi, ini tantangan berat buat Ganjar. Dalam waktu yang tersisa kurang lebih 1, 5 tahun ini, mestinya Ganjar memprioritaskan kerjanya untuk mengatasi problem-problem krusial di Jateng. Ganjar harus mampu menunjukkan ke publik bahwa dirinya tidak gagal mengurus Jateng, sehingga layak diperhitungkan untuk ikut nyapres. Jika Ganjar dianggap publik sebagai Gubernur gagal, ini berat bagi Ganjar menuruti ambisinya untuk nyapres.
Jangan sampai kemudian bilang: "Ketika jadi presiden, kemiskinan di Jateng lebih mudah diatasi". Ini sama dengan orang yang diminta infaq tetangganya lalu bilang: "Kalau sudah kaya, semua hidupmu aku tanggung". Gak jelas! Iya kalau kaya, kalau gak? Ini imajinasi dan tidak realistis. Janji kosong.
Kalau bicara tentang keterbatasan anggaran di Jateng, tentu tidak boleh jadi alasan. Ini hanya soal bagaimana memprioritaskan anggaran untuk mengatasi problem yang paling krusial di Jateng dan segera bisa diatasi. Ini baru bicara program prioritas, Ganjar nampak sekali masih sangat kewalahan. Belum bicara tentang program terobosan yang bisa menjadi andalan dan berpotensi menjadi karya mercusuar.
Gimmikh atau digital lip services sebagai brand dan strategi kampanye yang selama ini berhasil mengangkat elektabilitas Ganjar melalui tim medianya tak akan bertahan lama. Apalagi, pemilih Ganjar mayoritas ada di Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Di luar Jawa Tengah dan Jawa Timur, Ganjar masih sulit diterima. Lagi-lagi, ini soal prestasi dan hasil karya Ganjar yang masih belum nampak di mata masyarakat.
Baca juga:
The Great Lady’s Legacy
|
Jamiludin Ritonga malah menaruh curiga bahwa survei elektabilitas Ganjar janggal dan terkesan polesan.
Pada akhirnya, hasil kerja sebagai track record akan menjadi penilaian masyarakat. Semakin dekat Pilpres, akan semakin ketat kompetisinya. Dalam kompetisi yang ketat akan membuka semua track record secara personal, termasuk integritas dan prestasi kandidat.
Jika Ganjar tidak memperkuat prestasinya, sulit untuk bisa bersaing dengan kandidat yang lain. Bahkan boleh jadi sulit untuk mendapatkan tiket maju. Semua partai hanya akan mengusung kandidat yang potensial menang, bukan kandidat yang rapuh elektabilitasnya dan mudah dikalahkan.
Semarang, 10/5/2022
Adhie Umar S.
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa